LOVE

I LOVE YOU JUST THE WAY YOU ARE

Minggu, 03 Februari 2013

Ahli Kitab menurut Al Qur’an


Jumhur fuqaha berpendapata bahwa yang dimaksud dengan Ahli Kitab adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani dengan berbagai macam kelompoknya.
Diantara dalil-dalil yang menujukkan hal demikian adalah apa yang difirmankan Allah swt :
أَنْ تَقُولُوا إِنَّمَا أُنْزِلَ الْكِتَابُ عَلَى طَائِفَتَيْنِ مِنْ قَبْلِنَا وَإِنْ كُنَّا عَنْ دِرَاسَتِهِمْ لَغَافِلِينَ (156)
Artinya : “(kami turunkan Al-Quran itu) agar kamu (tidak) mengatakan: “Bahwa kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum kami.” (QS. Al An’am : 156)
Syeikh Ibn Baaz—semoga Allah merahmatinya—mengatakan bahwa Ahli Kitab adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani, sebagaimana disebutkan oleh para ulama tafsir dan para ulama lainnya.
Adapun orang-orang Majusi tidak termasuk Ahli Kitab secara mutlak namun menggauli mereka dengan mengambil jizyah dari mereka karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengambil hal itu dari mereka.
Adapun wanita-wanita mereka serta sembelihan-sembelihan mereka (Majusi) diharamkan bagi kaum muslimin menurut imam yang empat dan yang lainnya, hal ini bagaikan ijma dari para ahli ilmu. Adapun pendapat yang menghalalkan keduanya (wanita dan sembelihan Majusi, pen) dianggap ganjil yang tidak diperkuat oleh ahli ilmu. (Majmu’ Fatawa juz IV hal 270)
Demikian pula yang dimaksud Ahli Kitab didalam firman Allah swt :
الْيَوْمَ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَكُمْ وَطَعَامُكُمْ حِلٌّ لَهُمْ
Artinya : “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik, makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka.” (QS. Al Maidah : 5), orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Hal itu dijelaskan didalam buku-buku tafsir, diantaranya apa yang dikatakan oleh Imam ath Thabari bahwa firman Allah : “Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu” adalah dan sembelihan Ahli Kitab dari orang-orang Yahudi dan Nasrani, yaitu orang-orang yang diturunkan kepada mereka taurat dan injil kemudian mereka beragama dengan keduanya atau salah satu dari keduanya. (Tafsir ath Thabari juz IX hal 571 – 572)
Demikian pula yang disebutkan Imam al Baidhawi didalam tafsirnya bahwa ayat tersebut—Surat al Maidah ayat 5—mencakup orang-orang yang diberikan kepada mereka al Kitab yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani sementara itu Ali mengecualikan (sembelihan) dari kalangan orang-orang Nasrani Bani Taghlib seraya mengatakan : “Mereka bukanlah orang-orang Nasrani dan mereka tidaklah berpegang dengannya kecuali dalam minum khamr.” (Tafsir al Baidhawi juz II hal 48)
Namun pendapat jumhur sahabat maupun selain mereka tidaklah mengharamkan sembelihan orang-orang Bani Taghlib.
Didalam kitab “al Fatawa al Kubro” disebutkan bahwa Ali berselisih dengan Ibnu Abbas dalam masalah sembelihan orang-orang Bani Taghlib. Ali mengatakan,”Tidak diperbolehkan semebelihan mereka dan tidak pula wanita-wanita mereka. sesungguhnya mereka tidaklah berpegang dengan agama Nasrani kecuali dalam hal minum khamr…
Namun Ibnu Abbas mengatakan bahwa hal itu dibolehkan berdasarkan firman Allah swt :
وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
Artinya : “Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka.” (QS. Al Maidah : 51)
Kebanyakan kaum muslimin dari para sahabat dan selain mereka tidaklah mengharamkan sembelihan-sembelihan mereka. Dan tidaklah dikenal kecuali pendapat dari Ali saja. Dan telah diriwayatkan secara makna pendapat Ibnu Abbas dari Umar bin Khattab.
Diantara para ulama yang memilih pendapat Umar dan Ibnu Abbas adalah pendapat jumhur, seperti Abu Hanifah, Malik, Ahmad dalam salah satu riwayat dari dua riwayatnya yang dishahihkan oleh para penganut madzhabnya bahkan pendapat ini menjadi pendapat terakhirnya, bahkan seluruh kaum muslimin dari para sahabat, tabiin dan tabi’i tabi’in memegang pendapat ini. (al Fatawa al Kubro juz I hal 153)

Ahli Kitab

Orang Yahudi dan Nashrani di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga yang hidup di zaman ini termasuk ahlul kitab, walaupun mereka sudah tidak lagi berpegang dengan kitab mereka yang asli dan kitab mereka telah mengalami perubahan di sana-sini.

وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab.” (QS. Ali Imron: 20)
Berikut penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengenai ayat di atas.
Ayat ini ditujukan pada Ahli Kitab di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal ajaran ahli kitab yang hidup di zaman beliau sudah mengalami naskh wa tabdiil (penghapusan dan penggantian). Maka ayat ini menunjukkan bahwa siapa saja yang menisbatkan dirinya pada Yahudi dan Nashrani, merekalah ahli kitab. Ayat ini bukan khusus membicarakan ahli kitab yang betul-betul berpegang teguh dengan Al Kitab (tanpa penghapusan dan penggantian). Begitu pula tidak ada beda antara anak Yahudi dan Nashrani yang hidup setelah adanya penggantian Injil-Taurat di sana-sini dan yang hidup sebelumnya. Jika setelah adanya perubahan Injil-Taurat di sana-sini, anak Yahudi dan Nashrani disebut ahli kitab, begitu pula ketika anak Yahudi dan Nashrani tersebut hidup sebelum adanya perubahan Taurat-Injil, mereka juga disebut Ahli Kitab dan mereka kafir jika tidak mengimani Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah Ta’ala tetap mengatakan kepada orang Yahudi dan Nashrani yang hidup di zaman beliau,

وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab.” (QS. Ali Imron: 20)
Allah tentu saja mengatakan hal ini kepada orang yang hidup di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau diperintahkan menyampaikan wahyu. Dan tidak mungkin ditujukan kepada Yahudi dan Nashrani yang telah mati.

Ahli Kitab Dalam Al-Qur'an
‘Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.’ (Q.S. Al Imran, 64)
’Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang telah diturunkan kepadamu dan yang diturunkan kepada mereka, karena mereka orang - orang yang berendah hati kepada Allah, dan mereka tidak memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga yang murah. Mereka mendapatkan pahala di sisi Tuhan mereka. Sungguh Allah sangat cepat perhitungannya-Nya.’  (Q.S. Al Imran, 199)
 ‘Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri”.’ (QS. Al-'Ankabut, 46)
‘…Ada di antara Ahli Kitab yang jujur,  mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka (juga) bersujud (sholat). Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah kemunkaran, dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka adalah di antara orang – orang yang saleh. Dan kebajikan apa pun yang mereka kerjakan, tidak ada yang mengingkarinya. Dan Allah Maha Mengetahui orang - orang yang bertakwa.’ (Q.S. Al 'Imran, 113-115)