LOVE

I LOVE YOU JUST THE WAY YOU ARE

Jumat, 24 September 2010

hE'S beAuTiFul

Drama korea berjudul He’s Beautiful sekarang lagi tayang ditelevisi indosiar tanggal 26 Juli 2010 dari hari senin sampai jum’at jam 15.30 WIB..aku sendiri juga liat cuman sekilas-sekilas..kata tukang yang punya rental DVD sich bagus aku sempet ditawarin soalnya hehehe..mumpung di indosiar lagi tanyang pakek bahasa indonesia..mari Bu’ liat sinopsis episod 1 ..

Grup Boyband terkenal A.N.JELL sedang bermasalah. Tae Kyung lead singer mereka mengalami masalah dengan kesehatan vokalnya. Dia dipaksa ber-lip-sync. Tae Kyung marah dan kesal. “Apa bagusnya penyanyi yang tidak menyanyi?”
Manajer grup, Ahn sung Chan berkata mereka harus mencari vokalis lain. Dia menemukan “calon” yang menarik.

Mi Nyeo sedang dihukum karena melakukan kesalahan. Mi Nyeo sedang membersihkan patung Daud saat Ma Hoon Yi mengamatinya dari jauh. Pria itu mengikuti Mi-nyeo. Tingkah lakunya aneh, dia memandangi Mi Nyeo dan bergumam : “Mirip sekali..” Ma Hoon Yi membuat Mi Nyeo ketakutan, Mi nyeo memukulnya dan kabur.
Ma Hoon Yi berteriak : “Aku kesini karena Go Mi Nam. Saudara kembarmu (lelaki).” Hoon Yi mengatakan bahwa Go Mi Nam mengalami kecelakaan. Dia memperkenalkan diri sebagai manajer Go Mi Nam dan berlutut serta memohon pada Mi Nyeo agar menggantikan Mi Nam.

Hoon Yi menjelaskan, Mi Nyeo hanya perlu menandatangani beberapa lembar kertas (Tirza: Sound suspicious..). Kakaknya berhalangan tapi ia mendapatkan kesempatan sekali seumur hidupnya dan pihak manajemen tidak dapat melepaskan kesempatan ini begitu saja. Mereka harus menandatangani kontrak, dan karena Mi Nam tidak dapat pergi sendiri, maka Mi Nyeo diharap menggantikan kakaknya untuk menandatangani kertas2 itu.

Mi Nyeo sampai ke kantor A.N. Agency, dia melihat sekumpulan fans berkemah di luar kantor untuk melihat idola mereka. Mereka memandang Mi Nyeo dengan sebal, mereka mengira Mi Nyeo berpakaian biarawati agar menarik perhatian idolanya. Mereka mengenakan seragam bertema angel dan mengeluh karena Mi Nyeo lebih kreatif. Kemudian A.N.JELL keluar.

Mi Nyeo memandang trio itu saat mereka berjalan dengan slow-motion. Mi Nyeo berbicara sendiri bahwa ia sudah menemukan 3 orang malaikat dalam kehidupan nyata. Ketiganya melihat Mi Nyeo saat mereka lewat, Tae Kyung dengan pandangan mencemooh, Shin woo melihat dengan rasa tertarik, dan Jeremy dengan kebaikan hati dan siap untuk membagi tandatangan-nya. Dia pikir Mi Nyeo fans mereka.

Hoon Yi menarik Mi Nyeo dan memberikan baju pria padanya. Mi Nyeo mengenakan baju pria dan disambut dengan antusias oleh Sung chan yang menyambutnya ke dalam grup. Mi Nyeo menandatangani kontrak dengan gugup.

Tae Kyung menerobos masuk dan memandangi Mi Nyeo. Tae kyung mencemooh, Apa kau sehebat itu? Tae Kyung sudah diberitahu kalau Mi Nam memiliki suara yang bagus, tapi Tae Kyung tidak akan percaya begitu saja sampai ia mendengar sendiri suaranya.
Tae Kyung menarik Mi Nyeo dan menyeretnya ke studio, dimana temannya menunggu dan mengunci pintunya. (Manager Hoon Yi dan Sung Chan mengejar mereka tapi terbentur jendela)

Tae Kyung memberikan lagu pada Mi Nyeo dan memintanya menyanyi. Tidak peduli berapa ratus lembar kontrak yang sudah ia tandatangani, jika Mi Nyeo tidak memenuhi syarat, Tae Kyung tidak akan menerimanya sebagai anggota band. Mi Nyeo diam, tapi Jeremy dan Shin Woo merasa usulan Tae Kyung boleh juga. Mereka menunggu dengan penuh harap.

Mi Nyeo masih diam, dan membuat Tae Kyung tidak sabar. Dia bersiap merobek kontrak Mi Nyeo (Mi Nam) – sampai tiba-tiba..semua membeku dengan suara yang bernada tinggi, murni. Mi Nyeo mulai menyanyi lagu rohani “Panis Angelicus”. Suaranya bagus, tinggi dan falsetto, suara Mi Nyeo benar2 angelic. Cocok dengan tema grup mereka. Bahkan Tae Kyung harus mengakui bahwa suara Mi Nyeo memang bagus, dan semuanya speechless.

Tae Kyung tidak mau mengakui kekalahannya, tapi pergi tanpa berkata apapun. Jeremy, langsung mengatakan bahwa Mi Nyeo luar biasa dan benar2 membuatnya merinding. Dia berkata Tae Kyung sudah menerimanya, mereka sekarang satu tim.
Bahkan Hoon Yi terpesona, sepertinya bakat keturunan karena ternyata dia sebagus Mi Nam. Mi Nyeo lega karena tugasnya sudah selesai dan bersiap pulang, Mi Nyeo akan pergi ke Roma. Dia dipindahkan ke biara di sana. Hoon Yi ketakutan, Mi Nyeo tidak bisa pergi. Mi Nyeo harus menggantikan Mi Nam selama sebulan dan akan ada press conference di akhir pekan. Saat Mi Nyeo menolak, Hoon Yi berkata, Mi Nam tidak dapat menutup matanya!

Hoon Yi menceritakan semuanya, ini salahnya, dia mengusulkan Mi Nam mendapat operasi kecantikan ringan, tapi dokter mengacaukan operasinya sehingga mata Mi Nam menjadi jelek. Mi Nam harus dioperasi lagi untuk koreksi dan perlu sebulan untuk pulih. (Bwa…ha..ha, Tirza: well, this is obviously what a Korean idol used to had, a cosmetic surgery.. ). Mi Nyeo menyesal mendengarnya tapi dia tetap pada pendiriannya dan menolak.

Di Biara, Suster Kepala merasa Mi Nyeo sedang bermasalah, dan menanyakan tentang Mi Nam. Mi Nyeo menjawab bahwa ia sudah membantu semampunya, tapi ia sangat ingin menjadi biarawati – itu adalah kehendak Tuhan.

Suster Kepala bertanya apa kehendak Mi Nyeo. Dia tidak punya jawaban. Mi Nyeo : “Saya tinggal di dalam biara sejak kecil, dan saya tidak pernah berpikir menjadi sesuatu selain menjadi biarawati seperti Anda”
Suster Kepala menasihati Mi Nyeo. Mi Nyeo masih punya banyak waktu di depan untuk melihat dan mengalami hal-hal baru. Pikirkan lebih dalam lagi. Suster juga mengingatkan tidak seorang manusiapun dapat secara total mengerti secara pasti apa kehendak Tuhan.

Mi Nyeo tetap ingin berangkat ke Roma, dan berangkat menuju bandara sehari sebelum konferensi pers. Grup A.N.JELL juga ada di bandara, mereka akan ke Jepang untuk fan meeting. Jeremy berkata, Tae Kyung tetap tidak suka dengan anggota baru itu ya. Shin Woo menjawab, dia membenci segalanya.
Tae Kyung yang membawa kopi dan bertabrakan dengan Mi Nyeo (klise). Saat ia membungkuk untuk mengambil tiketnya yang jatuh, Mi Nyeo menyadari siapa itu. Mi Nyeo takut dikenali oleh Tae Kyung, dia melarikan diri sebelum Tae Kyung dapat mengenalinya.

Ternyata tiket Mi Nyeo ada di tangan Tae Kyung. (Tirza: another cliche). Tae Kyung mengikuti Mi Nyeo ke gate untuk menukar tiketnya. Karena panik, Mi Nyeo bersembunyi sementara Tae Kyung mencoba mencarinya di kerumunan. Ini mengesalkan untuk Tae Kyung karena ia harus menyembunyikan wajahnya agar tidak dikenali orang.
Mi Nyeo sadar sudah menjatuhkan tiketnya dan membawa mp3 player milik Tae Kyung. Shin Woo dan Jeremy juga setuju membantu Tae Kyung mencari biarawati itu. Mi Nyeo melihat Shin Woo dan Jeremy mencoba mendekatinya, dia kabur. Mi Nyeo lari kesana kemari menghindari ketiga pria itu (Tirza: wow..If only I had such luck! She’s surrounded by idol boys… OMG, bayangin kalo anggota SJ, DBSK, T-Max atau SS501 ngejar2 kita..). Waktu penerbangan ke Roma hampir tiba. Tae Kyung melihat waktu keberangkatan pesawat sudah tiba, dan menyerah.

Mi Nyeo bingung. Mi Nyeo duduk sendirian di bandara dan mulai menyalakan mp3 milik Tae Kyung dan mendengarkan musik A.N.JELL. Mi Nyeo merasa sedih, ia teringat kata2 Hoon Yi, Apa kau tahu mengapa Mi Nam ingin menyanyi? karena ia ingin mencari ibunya. Dia berkata dia harus menyanyi, karena kalau ia menyanyi ibunya akan kembali.

Hal ini mengembalikan kenangan pedih saat mereka harus tumbuh di panti asuhan. Mi Nyeo dan Mi Nam selalu diejek oleh anak-anak lain sebagai pengemis karena dibuang oleh ibunya. Mi Nyeo menangis, apa kita benar2 pengemis? Mi Nam berteriak, Bukan! mereka bilang ayah adalah pemain musik terkenal, dan ibu adalah penyanyi terkenal! Jika aku menjadi penyanyi terkenal, aku akan menemukan ibu!
Mi Nyeo mengusap air matanya, apakah ini keinginanMu juga? Kemana aku harus pergi?

Saat Konferensi Pers,

Mi Nyeo memutuskan untuk tampil sebagai Mi Nam, ia menyingkirkan kebiasaan biarawati-nya, memotong rambutnya, membebat dadanya, dan mengenakan baju Mi Nam. Menguatkan hatinya dengan semua perubahan ini. Saat namanya dipanggil, dia memasuki ruangan (Tae Kyung, merasa dongkol). Seorang wanita berpenampilan glamour melihat jumpa pers itu di TV, berkata tanpa semangat,”Jadi ini anak itu. Apa benar ia mirip denganku?”

Kemudian, Mi Nyeo pindah ke rumah mewah dan heran dengan semua kemewahannya. Mi Nyeo ingin mengembalikan mp3 Tae Kyung, Mi Nyeo menyelinap ke ruangan Tae Kyung dan mencari tempat untuk menyembunyikan mp3 itu. Tae Kyung masuk tiba-tiba, Mi Nyeo kaget dan bersembunyi di kamar mandi. Tae Kyung seorang maniak kerapian dan ia tahu ada orang yang sudah masuk ke ruangannya, Tae Kyung menuju kamar mandi dengan curiga, dia menemukan Mi Nyeo. Karena gugup, Mi Nyeo menekan tombol toilet dan air membasahinya. Tae Kyung bertanya dengan sinis,”Apa kau mandi menggunakan toilet?”

Kesal, Tae Kyung memberikan serangkaian aturan: Jangan menyentuhnya. Jangan masuk ke kamarnya tanpa ijin. Jangan menyentuh barang2nya. Mi Nyeo minta maaf dan cepat2 pergi. Setelah Mi Nyeo pergi, dia melihat toilet: “Toilet ini lebih berbahaya dari yang kukira. Aku harus hati-hati.”

Manager Sung Chan mengadakan pesta untuk menyambut Mi Nam. Hoon Yi mencoba menjauhkan champagne dari Mi Nyeo, tapi Mi Nyeo ingin mencobanya dan ia minum lagi..dan lagi.. (sementara itu Tae Kyung cemberut memandangnya..)

Mi Nyeo tersandung di kamar mandi, dia benar2 mabuk. Saat Mi Nyeo mencoba turun, dia dengan lucu berkata pada dinding : “Tolong jangan bergerak..” Shin woo menemukannya dan menyarankan agar Mi Nyeo membuka kancing kemejanya karena dia keringatan. Mi Nyeo panik dan menolak, lalu Shin Woo menyarankan mencari udara di atap, Mi Nyeo ke atap dan menemukan Tae Kyung juga sudah berada di atap. Tae Kyung tidak suka dengan gangguan itu.

Tapi Tae Kyung mencegah Mi Nyeo mendekati pagar karena berbahaya. Dia memberikan cangkir untuk Mi Nyeo agar dia dapat muntah, tapi terlalu kecil, maka Tae Kyung mencabut bunga dari pot dan memberikan pot bunga kepada Mi Nyeo.
Mi Nyeo merasa lebih baik dan menghirup udara segar. Jeremy dan Shin Woo menyusul mereka di atap. Jeremy merasa Mi Nyeo cukup unik. shin Woo berkata sepertinya semua akan mulai menarik. Tae Kyung : “Kita hanya tinggal menunggu dan melihat apakah semua akan berubah menyenangkan atau bencana.”

Tiba-tiba Mi Nyeo berputar membahayakan, semuanya berlari ke arah Mi Nyeo. Mi Nyeo diam, dia berpikir : “Ibu Kepala, aku bermimpi aneh sekali.”

Mi Nyeo membayangkan dirinya melayang turun dari langit dengan tiga orang pria di taman penuh patung. Dia berjalan melewati mereka satu persatu dan mereka melihatnya dengan keheranan. Mi Nyeo : Apa aku sudah pergi dan kembali dari Surga?

Saat ia bangun di pagi hari, dia masih berpikir, “Apa aku masih di surga?”

http://kadorama-recaps.blogspot.com/2009/12/sinopsis-youre-beautiful-episode-1.html


heran Park Shin Hye didandanin cowok juga

cakep, didandanin cewek juga cantik..nonton dech

gak rugi kok..hehehe



dosti karogi

Raj Khanna (Hrithik Roshan), Sahani Pooja (Rani Mukerji) dan Tina Kapoor (Kareena Kapoor) mereka adalah teman masa kanak-kanak. Sementara Raj selalu tertarik pada Tina yang lincah, ia tidak menyadari perasaan Pooja pada dirinya.

Ayah Raj (Kiran Kumar) memutuskan untuk pindah ke Inggris bersama keluarganya untuk mengambil pekerjaan baru, sehingga Raj berpisah dari teman-temannya. Sebelum Raj pergi meninggalkan temannya, Raj membuat janji kepada Tina untuk menulis surat lewat e-mail padanya. Tapi Tina sangat sibuk dengan urusannya sendiri sehingga malas untuk mengirim e-mail pada Raj. Sebagai sahabat yang baik Pooja membantu Tina untuk menulis e-mail kepada Raj atas nama Tina demi menepati janji. Tanpa di sadari Raj dan Pooja memiliki banyak hal kesamaan, dan e-mail membawa mereka menjadi sangat dekat antara satu sama lainnya. Pada setengah dekade kemudian, Raj kembali ke India dalam rangka liburan pendek. Sekarang Raj jatuh cinta dengan pujaan hatinya yang telah mengirimi e-mail padanya, dan percaya dia bisa mengenali pada pandangan pertamanya.

Akhirnya mereka bertiga bertemu. Raj sangat menyesalkan Pooja karena tidak pernah mengirimi e-mail padanya dan tidak selincah Tina. Namun, selama liburan dua minggu tersebut, Raj sangat kebingungan mengetahui kenyataan sesungguhnya bahwa Tina benar-benar berbeda dengan Tina yang ia tahu lewat e-mail. Dan ia beralih mulai menyukai Pooja, yang tanpa di sadari Pooja lah satu-satunya yang benar-benar mencintai Raj.

Raj kembali ke London, di mana Pooja sedang ada interview di London, dan di sana akhirnya Raj menemukan bahwa Pooja lah yang selama ini menulis e-mail padanya. Mereka mengakui cinta mereka berdua dan memutuskan untuk menikah. Namun nasib memainkan trik yang tak terduga pada mereka berdua. Ketika kembali ke India, Ayah Tina (Sachin Khedekar) telah meninggal, meninggalkan Tina sendirian di dunia. Sekarang Tina jatuh cinta dengan Raj juga.

Sekarang Pooja menolak untuk menikah dengan Raj, karena dia tidak ingin Tina patah hati. Raj adalah satu-satunya yang Tina punyai di dunia ini. Orang tua Raj setuju untuk menikahkan mereka berdua, tetapi Raj ingin mengatakan pada kedua orang tuanya kalau dirinya benar-benar mencintai Pooja. Namun, Pooja masih menolak untuk menikahi Raj dan Raj besumpah pada Pooja bahwa ia hanya akan menikah dengan Tina jika Pooja menikah dengan orang lain pada hari yang sama.

Teman Raj masuk di kehidupan mereka bertiga, Rohan Verma (Uday Chopra). Rohan sangan tertarik dengan Pooja dan keluarganya yang sangat cocok dalam berbagai hal. Pooja tidak bisa menolaknya dan setuju untuk menikahi Rohan pada hari yang sama di mana Raj dan Tina melangsungakan pernikahan pada hari itu juga. Dengan begitu, Pooja berharap supaya kedaan Raj baik-baik saja dan bisa membahagiakan Tina. Rohan menyadari kalau ada sesuatu yang tidak beres dan Pooja benar-benar tidak mencintainya, tetapi sandiwara itu terus dilakukan sampai semua orang mengetahuinya. Pada hari pernikahan, Tina mengetahui kalau Raj benar-benar mencintai Pooja, jadi dia memberikan Raj kepada Pooja dan akhirnya mereka menikah saat itu juga.

Cerita percintaan pasti terjadi sperti itu dalam kebanyakan film Bollywood, dalam “Mujhse Dosti Karoge” Kunal membuat film ini agak berbeda dari biasanya dengan tampilan visual yang modern. Kota London dan Negara Eropa sebagai setting tempat sewaktu liburan juga sebagai background untuk soundtrack lagu-lagu yang easy listening menampilkan warna segar yang enak dipandang mata. Bagi pecinta Bollywood sebaiknya tidak melewatkan film yang satu ini. Selamat menonton.

cHoRi cHoRi ChUpKe cHuPkE


I love the sound of this film’s title – Chori Chori Chupke Chupke – it slips wonderfully off the tongue like a well-polished marble. I had envisioned myself using it someday on a crowded subway car with someone’s sharp umbrella stuck into my kidney. I just turn to them slowly and give them a disdainful “chori chori chupke chupke” that would leave them flustered and worried about what I had just said. Ya, chori chori chupke chukpe yourself buddy. Sadly though it is not an insult at all as far as I can figure out. The waitress at a local Indian eatery had a problem explaining it when I brought up the subject – something to do with hiding a secret though – and when Preity sweetly sings the words later – softly with a finger over her lips – there wasn’t much doubt that she was singing about having to hide her love away. So using this on the New York subway might not really work.

Once again Salman Khan strikes gold. A year earlier in Har Dil Jo Pyar Karega he had both Rani Mukerjee and Preity Zinta falling in love with him and here he again gets these two classy stunners vying for his affection. It must be those earnest wide-eyed beseeching looks that he specializes in that the women fall for. I don’t get it. These soul-searching grimaces seem so phony – nobody is that earnest unless they are talking to the IRS about back taxes – so that you know he is just thinking to himself “I wonder what she looks like naked”. A large part of this interpretation on my part admittedly rests on his reputation as a hit and run Lothario among Bollywood actresses and also that he generally seems totally unable to convey a true emotion in his acting. Still the more I see of him, the more palatable he is becoming and as long as he surrounds himself with the luster of the likes of Rani and Preity I will have to watch his films.
The story tackles what is apparently a fairly controversial subject in Indian society – surrogate motherhood – but it does so in such a squeaky clean manner that it loses much of the impact that perhaps the film was meant to engender. It also hits pretty high on the silly scale with plot machinations that stretch credibility to the breaking point. But it’s also rather fluffy fun as long as you gingerly wade around the most genial (and unrealistic) family since the Waltons. This extended family (that includes happy go lucky servants) is so cuddly that you almost long for the whacked out family in Miike’s Visitor Q. It would sure be interesting watching Farida Jalal (Bollywood’s most nurturing mother) perform lactation tricks as the mother does in Visitor Q. The main attraction of the film rests primarily on the warm charms of the two actresses, a very enjoyable musical score, a little sightseeing (Switzerland of course!) and sparkling production values.
So Salman lives in a home with his wealthy – make that very wealthy - grandfather, Amrish Puri, mother and father (Dilip Tahil and Farida) and Johnny Lever as the comic man Friday. Amrish who can play stern and nasty like a Hindi Hitler in some films makes very nice here – all he wants is a great grandchild from Salman and even pretends to be dying at one point to push Salman towards marriage. It turns out though that all they have to do is arrange a meeting with Rani and its love at second sight. Now I would be all for arranged marriages if women like Rani were at the other end of it! So get on it folks. Actually they had met earlier at an engagement party and had one of those classic Bollywood dance offs – and sent sizzling looks at one another across the dance floor. Rani always seems to make first great appearances – here she emerges magically out of a parting crowd – the star struck camera watches her in bedazzlement – that first look at her is always a splash of water in the face as she hits you with that Mercedes smile. They are soon married – dancing among the Alps – and in no time Rani is beaming with upcoming motherhood. Just like the old man wanted.
Disaster strikes though and she not only loses the baby but is told that she can’t conceive again. What to do? Amrish wants a grandchild and you can’t tell the old guy no. Adoption perhaps? No – the baby has to look like Salman (as opposed to Rani!). Artificial insemination? No – too complicated and not private enough. Ah, Salman wisely comes up with the solution. I know – I’ll find a beautiful adorable prostitute – pay her to have sex and bear our child – and then have her live with us until the baby comes and then give her the heave-ho – and no one will ever know that the baby isn’t ours. Sneaky devil. Rani loves the idea and when he calls to tell her he has found the perfect candidate to sleep with (as Preity happily dances in the background on a bed of money) – Rani is so happy. Now where do you find women like this – she even conveniently disappears so that hubby and Preity can get it on in comfort.
Preity is dancing up a storm in a go-go bar in a red cowboy hat (emblazoned with “Sexy”) and high red boots when Salman spots her and knows that she is the one. He and Preity take a sudden mad turn into “Preity Woman” and shoplift a few scenes from the Julia Roberts film and have fun with them. The three of them go off to Switzerland to snuggle up in a cottage and wait for the little Salman to arrive and they become one very happy family. Preity leaves her high boots behind her and begins to see love in a different way – but those earnest eyes of Salman are beckoning. The film slowly pulls you in – not so much in a dramatic fashion – but more with its good spirits, playfulness and the chemistry of the actors. And though the plot on the surface is quite nonsensical, its easy to put this aside and just eat it up like a dripping slurpy.
All the songs are quite solid with a few being standouts. The first song – Number One Punjabi – is a celebratory upbeat affair - a Shaddi number in which the males and females take turns showing each other up on the dance floor – a courtship ritual of a kind. Rani simply steals the show with a lovely display of grace. Preity has her own number in Haire Aaja as she dances among a roomful of gawking men while gladly taking money from all the outthrust hands. From a musical perspective the title song is my favorite – lilting and lovely as is the suddenly gone elegant Preity in her fantasy number. The final song Mehndi Hai (of six songs) has a real emotional pop to it that will take you by surprise.

My rating for this film: 7.0

Song 1

Song 2

Song 3



MoHaBbAtEiN


MOHABBATEIN
(“Love Stories,” 2001, Hindi, 216 minutes)
Produced by Yash Chopra
Directed by Aditya Chopra
Story, screenplay and dialogues: Aditya Chopra; Lyrics: Anand Bakshi; Music: Jatin – Lalit; Cinematography: Manmohan Singh

The House of Chopra is understandably keen to repeat the phenomenal success of 1997’s DIL TO PAGAL HAI, but despite aggressively pushing most of the same buttons – thin, elemental plot awash in romanticism and set in a yuppie never-never land, mega stars, lavish sets and production numbers, and a catchy score – none of its recent efforts (cf. KABHI KHUSHI KABHIE GHAM) is up to the exuberant pointlessness of the earlier film. MOHABBATEIN is ostensibly a parable of the eternal conflict between Love and Duty, set in an elite boarding school for junior-college age boys (“college,” in the Indian system, though the subtitles regularly refer to the institution as a “University”). The headmaster (and one of the few visible employees) is the ultra-strict Mr. Narayan Shankar (Amitabh Bachchan), and his code of “tradition, honor, discipline” is to be rigidly maintained on threat of expulsion – which, for reasons never explained, will insure permanent blacklisting by every other school in the land. Yet three new students, Vicky, Karan, and Sameer (played by newcomers Uday Chopra, Jimmy Shergill, and Jugal Hansraj), roommates all, long to fall in love – an especial taboo, as it is rumored that the one student who historically did so, and with the headmaster’s daughter no less, was indeed expelled; moreover, the girl then committed suicide. Fortunately, along comes Raj Ayan (Shah Rukh Khan), a flower-powered violinist and music teacher. Though music has always been banned from the curriculum, Mr. Shankar unaccountably hires Raj on a one-year, non-cancellable contract, and Raj proceeds to encourage the schoolboys, but mainly our three focus-boys, to dream impossible dreams of love with three sweet young things: Ishika (Shamita Shetty), a haughty student at an adjacent girl’s college, Kiran (Preeti Jhangiani) the widow of an air force officer who was lost on the border soon after their wedding, but whose death is denied by the girl’s dour father-in-law (played by Amrish Puri, naturally), and Sanjana (Kim Sharma), a local girl who is already engaged to a mega-rich playboy. A long flashback will add the love story of Raj (who is actually Raj A. Malhotra, the famously-expelled student, who the headmaster never actually saw) and Megha, the headmaster’s dead daughter (Aishwarya Rai), and then there is a comic love-track featuring two local merchants Kake (Anupam Kher) and Preeto (Archana Puran Singh), who rehearse all the stereotypes of Punjabi Sikh earthiness and buffoonery. These love tales unfold amidst much singing and spectacular choreography, punctuated by slow verbal duels between the glowering Shankar and puckish Raj, over just whose Will will be done.

It all sounds complex, but it really isn’t, especially since you have (if you choose) 3 hours and 36 minutes to sort it out. This is not a film that encourages thinking about the various gaping holes in its plot (Why does Shankar hire Raj on a non-cancellable contract? Why are the school’s vaunted rules so easily broken without penalty? Why do three roommates, among several hundred boys, fall in love? Why are there no apparent classes, books or exams? Why is Megha so happy about killing herself? How does Karan master the piano in a matter of days? etc., etc.). It is more interesting to try to sort out the hybrid iconography and cultural resonances of the film’s surreal fantasy world. The school is called “Gurukul” (Sanskrit for “house of the teacher” and a label used for the boys’ schools run, since the late 19th century, by the Vedic revivalist sect Arya Samaj), and Mr. Shankar, wrapped in costly shawls, greets the sunrise daily (surya-namaskar) and conducts Vedic fire rituals amid his white-clad charges before an austere and immaculate Shiva temple (which Raj, in an allusion to Chopra’s early Bachchan film DEEWAR, refuses to enter for most of the movie – Amitabh’s Vijay once did the same, and the gesture now underscores superstar Khan’s assumption – both as actor and character – of the role of Bachchan’s symbolic son). Gurukul is ostensibly located somewhere in India, yet it is patently a magnificent British country estate (Longleat House, Wiltshire), with some background hills superimposed; its classic Georgian architecture opens to reveal wood-paneled suites and an echoing Romanesque great hall in which the boys regularly assemble to witness the Triumph of the (headmaster’s) Will. The adjacent “town” suggests the Disney Epcot version of an Indian hill station, with pastel buildings and well-scrubbed shops and locals. Gurukul’s sister institution is a “convent school” run by prim Miss Monica (played by Helen – the onetime cabaret queen suffers such roles nowadays), who has a painting of the Blessed Virgin in her office; yet the girls wear the skimpiest of negligés and cavort in a gym adorned with murals of naked nymphs – and yes, Miss Monica gets to strut her stuff eventually, too.

Apart from intertextual and transnational fun, does it all mean anything? In the disorderly ambience of Indian middle class life, the ideal of male “discipline” – associated with the army and elite boarding schools, both inherited from the British – looms large; here it is further equated with upper-caste neo-Hinduism (reduced to a few elemental symbols and gestures), industrial-strength patriarchy, and the “fear” necessary to insure obedience to Authority (Shankar twice intones, “In the battle between love and fear, fear always triumphs”). The obverse of this ideological complex is passionate love (mohabbat, pyaar) which here connotes not only romance but also individualism, (male) agency, art, and general joie de vivre. Since it is hard to buy into the notion that the school actually embodies “discipline” (every stated rule is easily broken) or that the film’s attractive young mannequins actually “love” each other in any mature sense, both categories fairly evaporate under the ideological burden they carry, leaving the elemental “father” – “son” chess match which is at the film’s core (with the ghostly daughter as its pawn and queen), and which can only end in a carefully-staged draw. Bachchan and Khan both look as monumental as the buildings, and do the best that can be expected under the circumstances.

The six songs are uniformly catchy (especially Kyaa yehi pyaar hai, "Is this love?") and the slick production numbers are what one has come to expect of late: massive ensemble spectacles coded to various consumer subcastes – one in globalized spandex, one in deshi raw silk, etc.


[The Yash Raj Films double-DVD set is of high quality, with songs subtitled, and includes, for real martyrs, hours of “the making of” interviews and additional scenes they just couldn’t squeeze in.]

full house korean drama



This drama attempts to answer the question of whether two people - a famous actor and an ordinary woman -- can learn to love each other in a marriage agreed upon only on paper. It also explores the meaning of the family by presenting no matter how hard the present may seem, the world is still a good place because of those who bring hopes into our lives through their presence alone.

This drama features diverse characters: considerate, caring, frank, patient, sticking to the life’s basic values. But no matter how different the personalities, everyone finds happiness in the end.


Cast

Song Hye-gyo

Jee-eun is a cheerful, spirited and lively realist, who under no circumstances seems to be upset, but who is also very stubborn. She looks very sprightly on the surface, but deep inside she is easily hurt and introverted. She pretends to be smart and upbeat but in reality she is dull-witted and naïve. She becomes easily attached to things and people she likes, and at the most decisive moments she tends to become soft-hearted. While naïve and unsophisticated, she always speaks out when she considers something to be wrong, because she thinks that hiding things in your heart is foolish. Jee-eun is an Internet love story writer, whose nickname is “money-maker.” She also has a part-time job as she needs more money to maintain the Full House. She is a cute personage who firmly believes that money is the only thing lonely people, like she, can trust.

Jung Ji-hoon(Rain)

Young-jae is one of the best Asian stars. He does his utmost not to hurt other people and not to be hurt himself. Every movie he starred in became a blockbuster. He is stubborn when it comes to selecting which movies to star in, but he has received much acclaim for his talent. Although Young-jae always behaves and speaks as he wants, he does that only to protect himself from being hurt and to be careful not to hurt others. People think of him as a very candid person, but that is also Young-jae’s strategy to hide himself – or rather his failure to express himself to the fullest. As the one who is unaccustomed to being frank and open, Young-jae is bad at making friends and very proud of his ideals and principles.

Han Eun-jeong

Hye-won is the daughter of Doctor Lee's friend. She is a fashion designer, who designs Young-jae’s clothes. She has known Young-jae’s family since her childhood. Her entire life Hye-won has lived in abundance and had many choices. She looks like a fairy-tale princess: long, straight hair, mysterious smile, slim body plus good manners and a charming personality. She comes from a rich family, and is accustomed to being loved. She has never been rejected by anybody, and only feels content when everybody around her loves her. This self-respectful girl is also smart and realistic. She knows the harsh reality of life and is very prudent. She believes that happiness is an objective thing that can be achieved through negotiating.

Kim Seong-soo

Min-hyuk is a director of a large media company. He dreams of establishing Asia’s Walt Disney or Fox. This tenacious and smart guy is also respected and recognized for his skills. He is confident in earning trust from people. He has always been a winner, and is determined to remain one for the rest of his life. This good-looking guy possesses sophisticated manners and is very eloquent – a prince charming that any girl could ever dream of. Min-hyuk believes that life is too short to live it without fun. Although he looks to be light-minded, he is very affectionate inside. Unlike his seemingly unrestricted personality, he is very composed and prudent. He can’t stand losing and has a strong desire to win in everything, which probably explains his successful career.

jewel in the PeLaCe


Jewel in The Palace


jewel-in-the-palace-jang-geum-han2

Sebenarnya saya tak perlu merensi drama Korea yang mengagumkan ini. Karena saya yakin Anda pasti telah menyaksikannya. Siapapun yang pernah saya tanyai tentang drama ini, tak peduli lelaki atau perempuan, pastilah langsung menyampaikan apresiasi terbaiknya. Bahkan, bunda saya sendiri, langsung menitikkan air mata jika mengingat sosok Dae Jang-geum.

Ah, bunda … Kangen ini semakin tak tertahan. Ingin pulang. Memeluknya.

Terlebih Dayang Han, sosoknya yang anggun, keibuan dan kharismatik, dengan sorot matanya yang selalu mengisyaratkan kesyahduan dan kearifan, membuat saya langsung jatuh hati pada drama Korea yang paling fenomenal ini.

Juga kisah cinta segi empatnya. Dae Jang-geum, Geum-yeong, Raja, dan panglima Min Jeong-ho. Tentu Anda ingat episode perlombaan memanah antara Raja dan Panglima Min. Ada permainan konflik batin yang kuat dan memukau di episode tersebut.

Bagaimana tidak. Dua lelaki yang jatuh cinta pada wanita yang sama (Raja dan Panglima Min), sedang beradu lomba memanah untuk memperebutkan cinta Jang-geum. Mereka sama-sama mahir. Anak panah yang mereka lesatkan tepat mengenai sasaran.

Puncaknya. Pada giliran terakhir memanah bagi Raja. Panglima Min harus membuat pilihan ketika Raja mengarahkan anak panahnya yang terhunus ke arah Min. Jika anak panah Raja meleset dari sasaran, maka busur panah itu jadi hadiah untuk Min. Jika tepat sasaran, maka Min harus rela melepas Jang-geum. Akhirnya, Raja mengalah dengan sengaja me-meleset-kan anak panahnya.

Sungguh sebuah cerminan kearifan seorang Raja. Meski dibalut dengan terlukanya hati.

Bagaimana dengan Geom-yeong? Kisah cinta tak berbalas dayang santun bermata sayu pada Panglima Min ini, membuat saya harus menyembunyikan air mata saat menyaksikan drama ini. Terutama di episode menjelang terakhir. Sebuah episode dimana Geom-yeong harus pergi meninggalkan istana. Di bawah serpihan salju di musim dingin yang berbalur dengan air matanya, Geom-yeong harus meninggalkan istana, mimpi, karier dan cintanya. Diringi lantunan musik yang menyayat hati, Panglima Min mengantar kepergian Geom-yeong.

Kearifan Raja juga tergambar di ending drama ini. Dimana atas dalih karena Jang-geum ingin “membunuh” raja, lantaran kenekatan Jang-geum yang bermaksud mengoperasi raja yang sedang sakit, maka raja pun memerintahkan untuk mengasingkan Jang-geum jauh dari istana. Padahal, di pengasingan tersebut, Dae Jang-geum malah dipertemukan kembali dengan kekasih hatinya, Panglima Min Jeong-ho. Mereka pun hidup bahagia bersama.

Ah, indahnya …

jewel in the palace

Berikut adalah tentang “Jewel in The Palace” yang saya sadur ala-kadarnya dari Wikipedia berbahasa melayu:

Kisah ini bertalarbelakang Dinasti Joseon semasa pemerintah Raja Seongjong, Raja Yeonsan-gun (1494-1506) dan Raja Jungjong (1506-1544). Drama ini dimulai dengan kisah ibu putera mahkota Yeonsan-gun yang diracuni oleh para pengawal istana atas pemerintah raja pada masa itu.

Setelah kejadian tersebut, Seo Cheon-su, seorang pengawal yang terlibat dalam pembunuh itu, pulang ke rumah. Tetapi, dalam perjalannya, ia mengalami suatu kecelakaan. Tetapi ia dapat diselamatkan oleh seorang pertapa Tao yang meramalkan bahwa sepanjang hidupnya, ada tiga wanita penting yang melingkupinya. Dimana Seo akan membunuh wanita yang pertama. Kemudian menyelamatkan wanita kedua. Dan wanita yang ketiga akan menyebabkan kematian Seo, tetapi akan menjadi penyelamat kepada yang lain.

Tiga wanita yang dimaksud; wanita pertama adalah ibu putera Yeonsang-gun yang telah dibunuhnya. Wanita kedua adalah istri Seo. Dan wanita ketiga adalah anaknya, Jang-geum.

Di dapur istana, Dayang Park, seorang juru dapur telah menyaksikan sebuah konspirasi pembunuhan yang dipimpin oleh Dayang Choi. Dayang Park dituduh membuat kesalahan yang tidak pernah dilakukannya dan diberi hukuman menurut cara mereka sendiri. Dayang Park diselamatkan oleh Dayang Han, sahabat baiknya di dapur istana. Dan kemudian diselamatkan sekali lagi oleh Seo, pengawal istana yang telah meletakkan jabatannya tersebut.

Seo dan Dayang Park memutuskan untuk tinggal di sebuah kampung yang terpencil dan hidup sebagai petani. Mereka kemudian berumah tangga dan melahirkan serta membesarkan seorang gadis cilik yang diberikan nama, Seo Jang-geum.

Pada tahun 1504, Raja Yeonsan-gun memerintahkan penyelidikan atas kematian ibunya. Ia mendapat informasi tempat sembunyi bekas pengawal Seo dan keluarga. Yang tak lain disebabkan karena kesalahan tak sengaja yang dilakukan oleh Jang-geum kecil. Seo pun dihukum mati. Sementara Jang-geum dan ibunya melarikan diri. Tapi Dayang Park dapat ditemukan oleh musuh-musuhnya dari dapur istana. Kemudian mereka memaksanya ibu Jang-geum tersebut untuk menenggak racun.

Sebelum meninggal, Park berwasiat kepada anaknya, Jang-geum untuk menjadi ketua dapur istana agar dapat menulis ketidakadilan yang dialami ibunya dalam catatan buku sejarah kaum wanita di dapur istana.

Dengan berbekal keuletan, kecerdasan, bakat, rasa keingintahuan yang besar, keras keras dan ketabahan, akhirnya Jang-geum kecil dapat bekerja di dapur istana dan membantu Dayang Han, yang tak lain adalah sahabat baik ibunya. Kecerdasan dan keahlian Jang-geum meramu masakan, membuat banyak pihak iri. Terutama Dayang Choi dan Geum-yeong, kemenakannya.

Sebuah konspirasi rumit untuk menggulingkan kekuasaan oleh Dayang Choi dan Geum-yeong mengakibatkan Jang-geum dan Dayang Han dibuang ke pulau Jeju. Di pulau tersebut, Jang-geum bertemu dengan tabib wanita yang bertama Jang-deok. Kemahiran Jang-deok dalam bidang pengobatan membuatnya sering dipanggil ke istana. Tapi ia selalu menolak untuk mengabdi di istana. Jang Geum pun belajar banyak dari Jang-deok tentang ilmu pengobatan.

Konon. Sosok Dae Jang-Geum memang nyata adanya dalam Babad Dinasti Joseon serta dalam ilmu pengobatan masa itu. Namun, catatan dan dokumen yang mengabadikan Jang-Geum sangatlah sedikit. Sehingga, ada pihak yang mengatakan bahwa Jang-Geum adalah hanyalah tokoh rekaaan belaka.

Lagu tema drama korea ini berjudul ”Onara”, yang berarti ”Datanglah!”

* * *

Kisah ini bertalarbelakang Dinasti Joseon semasa pemerintah Raja Seongjong, Raja Yeonsan-gun (1494-1506) dan Raja Jungjong (1506-1544). Drama ini dimulai dengan kisah ibu putera mahkota Yeonsan-gun yang diracuni oleh para pengawal istana atas pemerintah raja pada masa itu.

Setelah kejadian tersebut, Seo Cheon-su, seorang pengawal yang terlibat dalam pembunuh itu, pulang ke rumah. Tetapi, dalam perjalannya, ia mengalami suatu kecelakaan. Tetapi ia dapat diselamatkan oleh seorang pertapa Tao yang meramalkan bahwa sepanjang hidupnya, ada tiga wanita penting yang melingkupinya. Dimana Seo akan membunuh wanita yang pertama. Kemudian menyelamatkan wanita kedua. Dan wanita yang ketiga akan menyebabkan kematian Seo, tetapi akan menjadi penyelamat kepada yang lain.

Tiga wanita yang dimaksud; wanita pertama adalah ibu putera Yeonsang-gun yang telah dibunuhnya. Wanita kedua adalah istri Seo. Dan wanita ketiga adalah anaknya, Jang-geum.

Di dapur istana, Dayang Park, seorang juru dapur telah menyaksikan sebuah konspirasi pembunuhan yang dipimpin oleh Dayang Choi. Dayang Park dituduh membuat kesalahan yang tidak pernah dilakukannya dan diberi hukuman menurut cara mereka sendiri. Dayang Park diselamatkan oleh Dayang Han, sahabat baiknya di dapur istana. Dan kemudian diselamatkan sekali lagi oleh Seo, pengawal istana yang telah meletakkan jabatannya tersebut.

Seo dan Dayang Park memutuskan untuk tinggal di sebuah kampung yang terpencil dan hidup sebagai petani. Mereka kemudian berumah tangga dan melahirkan serta membesarkan seorang gadis cilik yang diberikan nama, Seo Jang-geum.

Pada tahun 1504, Raja Yeonsan-gun memerintahkan penyelidikan atas kematian ibunya. Ia mendapat informasi tempat sembunyi bekas pengawal Seo dan keluarga. Yang tak lain disebabkan karena kesalahan tak sengaja yang dilakukan oleh Jang-geum kecil. Seo pun dihukum mati. Sementara Jang-geum dan ibunya melarikan diri. Tapi Dayang Park dapat ditemukan oleh musuh-musuhnya dari dapur istana. Kemudian mereka memaksanya ibu Jang-geum tersebut untuk menenggak racun.

Sebelum meninggal, Park berwasiat kepada anaknya, Jang-geum untuk menjadi ketua dapur istana agar dapat menulis ketidakadilan yang dialami ibunya dalam catatan buku sejarah kaum wanita di dapur istana.

Dengan berbekal keuletan, kecerdasan, bakat, rasa keingintahuan yang besar, keras keras dan ketabahan, akhirnya Jang-geum kecil dapat bekerja di dapur istana dan membantu Dayang Han, yang tak lain adalah sahabat baik ibunya. Kecerdasan dan keahlian Jang-geum meramu masakan, membuat banyak pihak iri. Terutama Dayang Choi dan Geum-yeong, kemenakannya.

Sebuah konspirasi rumit untuk menggulingkan kekuasaan oleh Dayang Choi dan Geum-yeong mengakibatkan Jang-geum dan Dayang Han dibuang ke pulau Jeju. Di pulau tersebut, Jang-geum bertemu dengan tabib wanita yang bertama Jang-deok. Kemahiran Jang-deok dalam bidang pengobatan membuatnya sering dipanggil ke istana. Tapi ia selalu menolak untuk mengabdi di istana. Jang Geum pun belajar banyak dari Jang-deok tentang ilmu pengobatan.

Konon. Sosok Dae Jang-Geum memang nyata adanya dalam Babad Dinasti Joseon serta dalam ilmu pengobatan masa itu. Namun, catatan dan dokumen yang mengabadikan Jang-Geum sangatlah sedikit. Sehingga, ada pihak yang mengatakan bahwa Jang-Geum adalah hanyalah tokoh rekaaan belaka.

Lagu tema drama korea ini berjudul ”Onara”, yang berarti ”Datanglah!”

* * *